Senin, 06 Oktober 2014

CARA TERBENTUKNYA KEKEBALAN DALAM TUBUH MANUSIA


MEKANISME TERBENTUKNYA KEKEBALAN SPESIFIK

            Bila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi invasi mikroorganisme maka imunitas spesifik akan terangsang. Mekanisme pertahanan spesifik adalah mekanisme pertahanan yang diperankan oleh sel limfosit, dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya seperti sel makrofag dan komplemen. Limfosit  adalah garis pertahanan ketiga tubuh yang merupakan sel kunci dalam sistem kekebalan. Limfosit merespon terhadap kontak dengan mikroba dengan cara membangkitkan respon kekebalan yang efisien dan selektif, yang bekerja di seluruh tubuh untuk mengeluarkan penyerang tertentu. Sel-sel sistem kekebalan merespons dengan serupa terhadap sel-sel yang dicangkokkan dan bahkan sel-sel kanker, yang mereka deteksi sebagai sesuatu yang asing.
     Tubuh vertebrata mengandung dua jenis utama limfosit. Limfosit B (sel B) dan limfosit T (sel T). Seperti makrofaga, kedua jenis limfosit itu bersirkulasi di seluruh darah dan limfa, dan terkonsentrasi dalam limpa, nodus limfa, dan jaringan limfatik lainnya. Karena limfosit mengenali dan merespon terhadap mikroba tertentu dan molekul asing, maka limfosit dikatakan memperlihatkan spesifitas. Molekul asing yang mendatangkan suatu respons spesifik dari limfosit disebut sebagai antigen. Antigen meliputi molekul yang dimiliki virus, bakteri, fungi, protozoa dan cacing parasit.
     Sel T dan sel B terspesialisasi bagi jenis antigen yang berlainan, dan kedua jenis sel itu melakukan aktivitas pertahanan yang berbeda namun saling melengkapi. Salah satu cara antigen menimbulkan respons kekebalan adalah dengan cara mengaktifkan sel B untuk mensekresi protein yang disebut antibodi. Masing-masing antigen mempunyai bentuk molekuler khusus dan merangsang sel-sel B tertentu untuk mensekresi antibodi yang berinteraksi secara spesifik dengan antigen tersebut.Limfosit B dan T membedakan antigen dengan bentuk molekular yang hanya berbeda sedikit.
     Sel B dan sel T dapat mengenali antigen spesifik karena adanya reseptor antigen yang terikat pada membran plasmanya. reseptor pada antigen pada sel B adalah versi transmembran molekul antibodi, yang dikenal sebagai antibodi membran (atau imonoglobulin). Reseptor pada antigen pada sel T disebut reseptor sel T. Sebuah limfosit sel B atau T memiliki sekitar 100.000 reseptor untuk antigen, dengan spesifisitas yang persis sama. Reseptor yang dihasilkan oleh limfosit tunggal ditentukan oleh kejadian genetik acak yang terjadi dalam limfosit tersebut selama perkembangan awalnya. Dengan keanekaragaman limfosit, sistem kekebalan mempunyai kekebalan untuk merespon jutaan molekul antigenik yang berbeda dan memiliki kemampuan merespon terhadap jutaan patogen potensial yang berlainan.

a.       Antigen Berinteraksi dengan Limfosit Spesifik
            Mikroorganisme penginfeksi hanya berinteraksi dengan limfosit yang mengandung reseptor spesifik terhadap berbagai antigenik yang dimilikinya. Masing-masing limfosit terseleksi itu diaktifkan untuk membelah dan untuk berdifrensiasi, dan akhirnya membentuk dua klon sel. Satu klon atas sejumlah besar sel efektor, yaitu sel-sel berumur pendek yang melawan dan menyerang antigen yang sama. Klon lain terdiri atas sel memori, yaitu sel berumur panjang yang mengandung reseptor spesifik untuk antigen yang sama. Sel memori disiapkan untuk berproliferasi atau memperbanyak diri dan berdifrensiasi secara cepat ketika sel-sel itu nantinya mengadakan kontak dengan antigen yang sama.
Perbanyakan dan difrensiasi limfosit secara selektif yang terjadi saat pertama kali tubuh terpapar suatu antigen disebut respon kekebalan primer. Sejak pemaparan awal antigen diperlukan waktu sekitar 10-17 hari bagi limfosit terselksi untuk membangkitkan respon sel efektor yang maksimum. Jika individu terpapar antigen yang sama lagi beberapa waktu kemudian, respon akan menjadi lebih cepat (hanya 2 sampai 7 hari), dengan besaran respon yang lebih hebat dan lebih lama. Inilah yang disebut sebagai respon kekebalan sekunder. Kemampuan sistem kekebalan untuk membangkitkan respon kekebalan sekunder merupakan dasr dari memori imunologis.


b.      Perkembangan Limfosit Menghasilkan Sistem Kekebalan yang Membedakan “diri sendiri” (self) dari yang “bukan diri sendiri” (nonself)
Limfosit berasal dari sel induk pluripoten di sumsum tulang atau hati janin yang sedang berkembang. Limfosit yang bermigrasi dari sumsum tulang ke timus, berkembang menjadi sel T (“T” dari kata timus). Limfosit yang tetap berada dalam sumsum tulang dan meneruskan pematangannya disana akan menjadi sel B.

Ø Toleransi Kekebalan terhadap “Diri Sendiri” (self)
Ketika sel B dan sel T mengalami pematangan, reseptor antigennya diuji untuk reaktivitas “diri sendiri”. Limfosit yang mengandung reseptor yang spesifik untuk molekul yang telah ada dalam tubuh dibuat menjadi tidak fungsional atau dirusak, sehingga yang tersisa hanya limfosit yang bereaksi dengan molekul asing. Kemampuan untuk membedakan diri sendiri dari yang bukan diri sendiri terus berkembang bahkan ketika sel itu bermigrasi ke organ limfatik. Tubuh secara normal tidak mempunyai limfosit dewasa yang bereaksi dengan komponen diri sendiri (Toleransi terhadap Diri Sendiri). Kegagalan mengembangkan sifat toleransi “diri sendiri” dapat mengakibatkan penyakit autoimun seperti multiple scerosis. 

Ø Peranan Marka (Penanda)Permukaan Sel dalam Fungsi dan Perkembangan Sel T
Sel T mempunyai suatu interaksi yang sangat penting dengan salah satu kelompok penting molekul asli. Molekul tersebut merupakan kumpulan glikoprotein permukaan sel yang dikode oleh sebuah keluarga gen yang disebut sebagai kompleks histocompatibilitas mayor (MHC). MHC merupakan suatu sidik jari biokimiawi yang dapat dikatakan unik bagi setiap individu. Dua kelas utama molekul MHC menandai sel tubuh sebagai “diri sendiri”. MHC kelas I ditemukan pada semua sel bernukleus, yaitu pada setiap sel tubuh. Molekul MHC kelas II terbatas hanya pada beberapa jenis sel khusus yang meliputi makrofaga, sel B, sel T yang telah diaktifkan dan sel-sel yang menyusun bagian interior timus. Sel T yang sedang berkembang berinteraksi dengan sel-sel timus, yang mengandung kadar molekul MHC kelas I dan molekul MHC kelas II yang tinggi. Hanya sel T yang mengandung reseptor dengan afinitas untuk MHC-self yang mencapai pematangan. 
Satu komponen penting respons kekebalan adalah MHC, yang memperlihatkan suatu kombinasi dari diri sendiri (molekul MHC) dan bukan diri sendiri (fragmen antigen) yang dikenali oleh limfosit T spesifik. Molekul MHC dan interaksinya dengan sel T sangat penting bagi suatu sistem kekebalan yang fungsional. Tugas suatu molekul MHC adalah penyajian (presentasi) antigen. Masing-masing molekul MHC menggendong fragmen antigen protein dalam lekukan berbentuk ayunan dan menyajikannya ke sel T. Sel T Sitotoksik (Tc) mempunyai reseptor antigen yang terikat dengan fragmen antigen yang diperlihatkan oleh molekul MHC kelas I tubuh. Sel T helper (Th) mempunyai reseptor yang terikat dengan fragmen antigen yang diperlihatkan oleh molekul MHC kelas II tubuh. Masing-masing kombinasi MHC antigen akan membentuk kompleks yang unik yang dikenali oleh reseptor antigen spesifik pada sel T tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar